Laporan praktikum enzim papain
LAPORAN
PRAKTIKUM ENZIM PAPAIN
MATA
KULIAH BIOKIMIA TANAMAN
Dosen
Pengampu:
Adinda
Nurul Huda M, SP.MSi.
Inti
Mulyo Arti STP. MSc
Disusun
Oleh: Kelompok 2
1. Mohamad
Alix Ababil 48416508
2. Qurrotul
A’yun 48416512
3. Siti
Setya Wati 48416516
PROGRAM
STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS
TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS
GUNADARMA
DEPOK
2017
KATA PENGANTAR
Puji
syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat serta
hidayah-Nya sehingga penulis dapat melakukan sebuah praktikum dan menyelesaikan
penyusunan laporan praktikum yang berjudul “Enzim Papain”. Tujuan penulisan
laporan ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Biokimia Tanaman.
Dalam
menyelesaikan laporan praktikum Biokimia Tanaman ini penulis mendapat bantuan
pihak pihak lain, baik bantuan moril maupun materil. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih kepada pihak pihak tersebut:
1. Tuhan
Yang Maha Esa yang telah memberikan karunianya sehingga praktikum dapat
berjalan dengan baik.
2. Dosen
pengampu yang telah membimbing kami selama penyusunan laporan sehingga laporan
ini bisa selesai tepat pada waktunya.
3. Teman-teman
dan semua pihak yang telah memberi dukungan dalam menyusun laporan praktikum
ini.
Penulis
penyadari bahwa dalam penyusunan lpaoran prakrikum ini masih jauh dari
sempurna, sehingga kritik dan saran dari pembaca sangat penuis butuhkan. Dan
semoga laporan praktikum ini bermanfaat baik bagi penulis maupun pembaca.
Senin, 16 Oktober 2017
Penulis
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Kelangsungan
hidup manusia sangat dipengaruhi oleh nilai atau kecukupan gizi. Unsur gizi
yang dibutuhkan oleh manusia diantaranya adalah protein, lemak, karbohidrat,
mineral dan vitamin. Daging merupakan salah satu jenis
makanan yang mengandung nilai gizi tinggi terutama pada kandungan proteinnya.
Protein yang terdapat didalam daging lebih mudah untuk dicerna dibandingkan dengan protein yang
bersumber dari bahan pangan nabati.
Nilai protein daging yang tinggi disebabkan
oleh kandungan asam-asam amino essensialnya yang lengkap dan seimbang (Astawan,
2008).
Enzim
merupakan katalisator biologis yang dihasilkan oleh sel-sel hidup dan berfungsi
mempercepat bermacam-macam reaksi biokimia. Enzim yang terdapat dalam makanan
dapat berasal dari bahan mentah atau mikroorganisme yang terdapat pada makanan
tersebut (Astawan, 2008). Sumber enzim yang dapat digunakan untuk pengempukan
daging yaitu enzim papain yang terdapat dalam buah pepaya.
Enzim
papain merupakan enzim yang dapat berperan dalam proses fermentasi selain dapat
berfungsi sebagai katalisator reaksi, enzim papain juga memiliki fungsi yang
sama dengan mikroorganisme yang bersifat fermentatif seperti mikroorganisme
proteolitik yaitu dapat memecah protein kompleks menjadi penyusun protein
sederhana.
Enzim papain atau enzim proteolitik berfungsi untuk
mengkatalisis pemecahan ikatan peptida, polipeptida dan protein dengan
menggunakan reaksi hidrolisis menjadi molekul-molekul yang lebih sederhana
seperti peptida rantai pendek dan asam amino.
1.2.Tujuan
Untuk mengetahui perubahan
yang terjadi pada daging sapi setelah diberi papain dan waktu perendaman yang
berbeda.
BAB
II
METODOLOGI
PENELITIAN
2.1.Tempat
dan Waktu Pelaksanaan
Kegiatan
praktikum enzim Papain matakuliah Biokimia Tanaman dilaksanakan pada hari senin,
9 Oktober 2017 Pukul 09:00 – 12:00 WIB di Laboratorium Kampus F6 Universitas
Gunadarma.
2.2.
Alat dan Bahan
2.2.1. Alat
a. Piring
b. Sendok
c. Kamera
handphone
d. Alat
tulis
2.2.2. Bahan
a. Daging
b. Papain
2.3.
Prinsip Kerja
1. Siapkan
papaya muda, daging dan air.
2. pepaya
(papain) dipotong kecil-kecil, kemudian diblender dan disaring.
3. Daging
yang sudah disiapkan dipotong-potong dengan ukuran ± 5 cm.
2. Kemudian rendam
daging dalam papain.
3.
Dalam praktikum ini dilakukan dua perendaman dengan waktu yang berbeda, perendaman
daging pertama selama 2 jam, perendaman daging kedua selama 4 jam.
4.
Setelah direndam daging dianalisis mengenai tekstur, warna dan bau.
5.
Catat hasil analisis tersebut dalam lembar kerja.
1.4.Diagram
alir
BAB
III
HASIL
DAN PEMBAHASAN
3.1.Hasil
Pada praktikum
enzim kali ini menggunakan papain dan daging yang sudah dipotong potong dengan
ukuran ±5 cm.
Tabel 1. Tekstur, warna dan bau daging
sebelum diberi enzim
Kontrol
|
||
Tekstur
|
Warna
|
Bau
|
Keras
|
Merah gelap
|
Bau darah menyengat
|
Tabel 2. Tekstur, warna dan bau daging
setalah diberi enzim
Enzim
|
2
jam
|
4
jam
|
||||
Tekstur
|
Warna
|
Bau
|
Tekstur
|
Warna
|
Bau
|
|
Papain
|
Agak lembut
|
Merah pucat
|
Bau darah
|
Lebih lembut
|
Sangat pucat
|
Bau pepaya
|
3.2.Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian,
daging sapi yang diberikan perlakuan dengan pemberian sari buah pepaya akan
menghasilkan tekstur yang semakin lunak jika dikondisikan dengan waktu yang
lebih lama. Daging sapi dengan perlakuan sari buah pepaya dengan waktu 2 jam
menghasilkan daging yang lebih lunak dibandingkan dengan daging kontrol, hal
ini disebabkan karena buah pepaya mengandung enzim papain yang dapat melunakkan
daging sapi tersebut (Bennion, 1980). Enzim papain mempunyai keaktifan sintetik serta daya tahan panas yang
tinggi dan mempunyai kemampuan membentuk protein baru atau senyawa yang
menyerupai protein yang disebut plastein dari hasil hidrolisa protein sehingga
daging yang diberi perlakuan dengan direndam menggunakan sari buah pepaya akan
lebih lunak. Menurut
Bouton et al., (1971), keempukan
daging ditentukan oleh tiga komponen daging, yaitu struktur miofibrilar dan
status kontraksinya, kandungan jaringan ikat dan tingkat ikatan silangnya,
serta daya ikat air oleh protein daging serta jus daging. Miofibrilar pada
daging yang diberi perlakuan dengan cara direndam dalam sari buah pepaya akan
mengalami degradasi yang akan merusak jaringan otot pada daging sehingga daging
menjadi lebih lunak dan lembut serta berwarna lebih pucat. Aroma yang
dihasilkan oleh sari buah pepaya tidak terlalu berpengaruh terhadap bau daging
sapi yang direndam selama 2 jam, hal ini terjadi karena buah pepaya tidak
menghasilkan aroma yang menyengat dan waktu perendaman yang begitu singkat
membuat aroma darah daging sapi masih tercium.
Daging yang diberi perlakuan
dengan cara direndam menggunakan sari buah pepaya selama 4 jam menghasilkan
daging yang lebih empuk dengan aroma khas darah yang mulai samar. Aroma pada
daging tersebut sedikit tersamarkan karena waktu perendaman yang cukup lama
yaitu 4 jam sehingga aroma buah pepaya menyerap ke dalam daging. Sifat lunak
yang dihasilkan pada daging tersebut berasal dari enzim papain yang terkandung
dalam sari buah pepaya. Daging yang direndam dengan sari buah pepaya selama 4
jam akan menghasilkan daging yang lebih lunak dibandingkan dengan daging
kontrol dan daging yang direndam dengan buah pepaya selama 2 jam. Menurut Fogle
et al., (1982), keempukan daging dapat
dihubungkan dengan protein otot yaitu miofibril dan protein jaringan ikat.
Aktifitas enzim papain akan terus berjalan selama daging tersebut direndam
sehingga dengan waktu yang lebih lama, maka proses degradasi miofibrilar dan
denaturasi protein akan berjalan lebih lama, enzim papain menyerang protein pada serat-serat dan
menghidrolisanya menjadi peptida yang lebih kecil sehingga jaringan otot pada daging tersebut semakin
rusak dan menghasilkan daging yang lunak dan lembut (Bratzler, 1971).
BAB
IV
KESIMPULAN
DAN SARAN
4.1.
Kesimpulan
Miofibrilar
pada daging yang diberi perlakuan dengan cara direndam dalam sari buah pepaya
akan mengalami degradasi yang akan merusak jaringan otot pada daging sehingga
daging menjadi lebih lunak dan lembut serta berwarna lebih pucat. Aroma yang
dihasilkan oleh sari buah pepaya tidak terlalu berpengaruh terhadap bau daging
sapi yang direndam selama 2 jam. Daging yang diberi perlakuan dengan cara
direndam menggunakan sari buah pepaya selama 4 jam menghasilkan daging yang
lebih empuk dengan aroma khas darah yang mulai samar.
4.2.
Saran
Pengamatan pengaruh enzim bromelin pada
daging sebaiknya dilakukan dengan teliti untuk menentukan perbedaan yang
terjadi. Diharapkan mendapatkan literatur yang tepat agar mendapatkan hasil
yang lebih akurat.
DAFTAR
PUSTAKA
Astawan, Made. 2008. Sehat dengan Buah. Bogor: Dian Rakyat.
University Press.
Bennion, M. 1980. The Science of Food. John
Wiley and Sons, New York.
Bouton, P.E., P.V. Harris dan W.R. Shorthose.
1971. J. Food Sci. 36: 435.
Bratzler,
L.J. 1971. The Science of Meat and Meat Products 2nd Edition. W. H. Freeman and Co. San Francisco.
Fogle,
D.R., R.F. Plimpton, H.W. Ockerman, L. Jarenback and T. Person. 1982.
Tenderization of Beef: Effect of enzyme levels and cooking method. J. Food Sci.
47: 1113 – 1118.
Komentar
Posting Komentar