Uji karbohidrat menggunakan metode iodin
LAPORAN
PRAKTIKUM
UJI
KARBOHIDRAT MENGGUNAKAN METODE IODIN
MATA
KULIAH BIOKIMIA TANAMAN
Dosen
Pengampu
Adinda
Nurul Huda M, SP.MSi
Inti
Mulyo Arti STP. MSc
Disusun
Oleh: Kelompok 2
Mohamad
Alix Ababil 48416508
Qurrotul
A’yun 48416512
Siti
SetyaWati 48416516
PROGRAM
STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS
TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS
GUNADARMA
DEPOK
2017
KATA
PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat
Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis
dapat melakukan sebuah praktikum dan menyelesaikan penyusunan laporan praktikum
yang berjudul “Uji Karbohidrat Menggunakan Metode Iodin”. Tujuan penulisan
laporan ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Biokimia Tanaman.
Dalam menyelesaikan laporan praktikum
Biokimia Tanaman ini penulis mendapat bantuan pihak pihak lain, baik bantuan
moril maupun materil. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada
pihak pihak tersebut:
1. Tuhan
Yang Maha Esa yang telah memberikan karunianya sehingga praktikum dapat
berjalan dengan baik.
2. Dosen
pengampu yang telah membimbing kami selama penyusunan laporan sehingga laporan
ini bisa selesai tepat pada waktunya.
3. Teman-teman
dan semua pihak yang telah memberi dukungan dalam menyusun laporan praktikum
ini.
Penulis penyadari bahwa dalam penyusunan
lpaoran prakrikum ini masih jauh dari sempurna, sehingga kritik dan saran dari
pembaca sangat penuis butuhkan. Dan semoga laporan praktikum ini bermanfaat
baik bagi penulis maupun pembaca.
Senin, November
2017
Penulis
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.Latara
Belakang
Karbohidrat
merupakan sumber kalori utama bagi hampir seluruh penduduk dunia, khususnya
bagi penduduk negara yang sedang berkembang. Walaupun jumlah kalori
yang dapat dihasilkan oleh 1 gram karbohidrat hanya 4 kal (kkal) bila di
banding protein dan lemak.
Karbohidrat merupakan
bahan yang sangat diperlukan tubuh manusia, hewan dan tumbuhan di samping lemak
dan protein. Senyawa ini dalam jaringan merupakan cadangan makanan atau energi
yang disimpan dalam sel. Karbohidrat yang dihasilkan oleh tumbuhan merupakan
cadangan makanan yang disimpan dalam akar, batang, dan biji sebagai pati
(amilum). Karbohidrat dalam tubuh manusia dan hewan di bentuk dari beberapa
asam amino, gliserol lemak, dan sebagian besar diperoleh dari makanan yang
berasal dari tumbuh-tumbuhan (Sirajuddin dan Najamuddin, 2011).
Karbohidrat atau
sakarida adalah segolongan besar senyawa organik yang tersusun hanya dari atom
karbon, hidrogen dan oksigen. Bentuk molekul karbohidrat paling sederhana
terdiri dari satu molekul gula sederhana. Terdapat tiga golongan utama
karbohidrat yaitu monosakarida, oligosakarida dan polisakarida. Monosakarida
atau gula sederhana, terdiri dari hanya satu unit polihidroksi aldehida atau
keton. Oligosakarida terdiri dari rantai pendek unit monosakarida yang
digabungkan bersama-sama oleh ikatan kovalen. Polisakarida terdiri dari rantai
panjang yang mempunyai ratusan atau ribuan unit monosakarida (Umar, 2008).
Karbohidrat merupakan
senyawa yang banyak dijumpai di alam terutama karena merupakan hasil sintesis
CO2 dan H2O dengan pertolongan sinar matahari dan klorofil. Karbohidrat
mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan manusia, antara lain adalah
sebagai sumber tenaga dan penghasil panas tubuh. Adanya karbohidrat dapat
diidentifikasi dengan menggunakan berbagai macam metode. Uji karbohidrat biasanya menggunakan
uji molisch, uji benedict, uji barfoed, uji fehling, uji fermentasi, uji
selliwanoff, uji osazon, dan uji iod. Uji iod dapat mendeteksi kandungan
amilosa dalam pati (Suhardi, 2005).
1.2.Tujuan
Untuk mengetahui jenis karbohidrat pada suatu jenis
bahan pangan.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1. Pengertian Karbohidrat
Karbohidrat merupakan senyawa yang terbentuk
dari molekul karbon, hidrogen dan oksigen. Sebagai salah satu jenis zat gizi,
fungsi utama karbohidrat adalah penghasil energi di dalam tubuh. Tiap 1 gram
karbohidrat yang dikonsumsi akan menghasilkan energi sebesar 4 kkal dan energi
hasil proses oksidasi (pembakaran) karbohidrat ini kemudian akan digunakan oleh
tubuh untuk menjalankan berbagai fungsi-fungsinya seperti bernafas, kontraksi
jantung dan otot serta juga untuk menjalankan berbagai aktivitas fisik seperti berolahraga
atau bekerja (irawan,2007).
Ada dua macam karbohidrat yaitu
karbohidrat kompleks dan karbohidrat simpleks. Karbohidrat kompleks misalnya
nasi, biji-bijian, kentang, dan jagung, sedangkan contoh Karbohidrat simpleks
adalah gula dan pemanis lainnya. Nama lain dari karbohidrat adalah sakarida,
berasal dari bahasa Arab "sakkar" yang artinya gula. Melihat struktur
molekulnya, karbohidrat lebih tepat didefenisikan sebagai polihidroksialdehid
atau polihidroksiketon (Ramsden, 2003).
2.2. Jenis- Jenis Karbohidrat
2.2.1. Monosakarida
Karbohidrat paling sederhana yang
tidak dapat dihidrolisis menjadi karbohidrat lain. Bentuk lain dibedakan
kembali menurut jumlah atom C yang dimiliki dan sebagai aldosa dan ketosa.
Monosakarida yang terpenting adalah glukosa, galaktosa, dan fruktosa (Yazid dan
Nursanti, 2006).
Monosakarida
ialah karbohidrat yang sederhana, dalam arti molekulnya hanya terdiri atas
beberapa atom karbon saja dan tidak dapat diuraikan dengan cara hidrolisis
menjadi karbohidrat lain. Tiga senyawa gula yang penting dalam monosakarida
ialah glukosa, fruktosa dan galaktosa (Poedjiadi dan Supriyanti, 2009).
a.
Glukosa
Menurut Poedjiadi dan Supriyanti (2009) glukosa adalah suatu
aldoheksosa dan sering disebut dekstrosa karena mempunyai sifat dapat memutar
cahaya terpolarisasi ke arah kanan. Di alam, glukosa terdapat dalam buah–buahan
dan madu lebah. Dalam alam glukosa dihasilkan dari reaksi antara karbondioksida
dan air dengan bantuan sinar matahari dan klorofil dalam daun. Proses ini
disebut fotosintesis dan glukosa yang terbentuk terus digunakan untuk
pembentukan amilum dan selulosa.
Amilum terbentuk dari glukosa dengan jalan penggabungan
molekul-molekul glukosa yang membentuk rantai lurus maupun bercabang dengan
melepaskan molekul air.
b.
Fruktosa
Fruktosa berikatan dengan glukosa membentuk sukrosa, yaitu
gula yang biasa digunakan sehari-hari sebagai pemanis, berasal dari tebu atau
bit (Poedjiadi & Supriyanti, 2009).
c. Galaktosa
Galaktosa gmempunyai rasa kurang manis daripada glukosa dan kurang
larut dalam air. Galaktosa mempunyai sifat memutar bidang cahaya terpolarisasi
ke kanan (Poedjiadi & Supriyanti, 2009).
2.2.2. Disakarida
Senyawa yang termasuk olisakarida mempunyai molekul yang
terdiri atas beberapa molekul monosakarida. Dua molekul monosakarida yang
berikatan satu dengan yang lain , membentuk satu molekul disakarida.
Oligosakarida yang paling banyak terdapat dalam alam ialah disakarida (Yazid
dan Nursanti, 2006). Disakarida merupakan karbohidrat yang pada hidrolisis
menghasilkan 2 molkeul monosakarida yang sama atau berlainan, misalnya sukrosa,
maltosa dan laktosa (Iswari dan Yuniasuti, 2006).
Karbohidrat yang tersusun dari dua sampai sepuluh satuan
monosakarida. Oligosakarida yang umum adalah disakarida, yang terdiri atas dua
satuan monosakarida dan dapat dihidrolisis menjadi monosakarida. Contohnya
adalah sukrosa, maltosa dan laktosa (Yazid dan Nursanti, 2006).
2.2.3. Polisakarida
Karbohidrat yang tersusun dari 10 satuan
monosakarida dan dapat berantai lurus atau bercabang. Polisakarida dapat
dihidrolisis oleh asam atau enzim tertentu yang kerjanya spesifik. Hidrolisis
sebagian polisakarida menghasilkan oligosakarida dan data digunakan untuk
menentukan struktur molekul polisakarida. Contohnya amilum, glikogen dekstrin
dan selulosa (Yazid dan Nursanti, 2006).
a.
Pati
Pati merupakan karbohidrat yang disimpan dalam bentuk
karbohidrat tanaman. Pati terdiri dari 2 fraksi yang dapat dipisahkan dengan
air panas. Fraksi terlarut disebut amilosa dan fraksi tidak larut disebut
amilopektin. Amilosa mempunyai ikatan lurus dengan ikatan (-(1,4)) D-Glukosa,
sedangkan amilopektin mempunyai cabang dengan ikatan (-(1,6)) D-Glukosa.
Glukosa sebanyak 4,5% dari berat total. Sumber pati antara lain biji-bijian,
akar-akaran, umbu-umbian, dan buah yang belum matang. Pati merupakan
homopilomer glikosa dengan ikatan a-glikosidik. Berbagai pati tidak sama
sifatnya, tergantung dari panjang rantai C-nya, serta apakah lurus atau
bercabang rantai molekulnya (Budianto, 2009).
Pada umumnya karbohidrat berupa serbuk putih yang mempunyai
sifat sukar larut dalam pelarut nonpolar, tetapi mudah larut dalam air. Kecuali
polisakarida bersifat tidak larut dalam air. Amilum dengan air dingin akan
membentuk suspensi dan bila dipanaskan akan terbentuk pembesaran berupa pasta
dan bila didinginkan akan membentuk koloid yang kental semacam gel. Suspense
amilum akan memberikan warna biru dengan larutan iodium. Hal ini dapat
digunakan utuk mengidentifikasikan adanya amilum dalam suatu bahan. Hidrolisis
sempurna amilum oleh asam atau enzim akan menhasilkan glukosa. Glikogen
mempunyai struktur empiris yang serupa dengan amilum pada tumbuhan. Pada proses
hidrolisis, glikogen menghasilkan pula glukosa karena baik amilum maupun
glikogen tersusun dari sejumlah satuan glukosa (Yazid dan Nursanti, 2006).
Adanya karbohidrat dalam makanan dapat di identifikasi
secara kualitatif maupun kuantitatif. Uji kualitatif karbohidrat yang
mendasarkan pada pembentukan warna dapat dilakukan dengan cara Uji iodium. Polisakarida
dengan penambahan iodium akan membentuk kompleks adsorpsi berwarna yang
spesifik. Amilum atau pati yang dengan iodium menghasilkan warna biru, dekstrin
menghasilkan warna merah anggur, sedangkan glikogen dan sebagian pati yang
terhidrolisis akan membentuk warna merah (Bintang, 2010 ).
2.3. Kacang Tanah
Biji kacang tanah mengandung protein sebanyak 17,2-28,8 %
dan lemak antara 44,2-56 %. Biji kacang tanah banyak mengandung zat-zat yang
dibutuhkan oleh tubuh manusia, karena kacang tanah mengandung protein, lemak
dan karbohidrat. Kadungan protein sekitar 25-30 %, karbohidrat 12 % dan minyak
40-50 % (Mashudi,
2008). Biji kacang tanah memiliki kandungan protein dan lemak yang cukup
tinggi, kandungan
protein pada kacang tanah sangria sebesar 26,90 gram, lemak 44,20 gram, dan
fosfor 393 mg. Produk utama dalam biji kacang tanah mengandung protein dan
minyak yang cukup tinggi (Haryoto, 2009).
2.4. Kentang
Pati kentang Starch
atau pati merupakan polisakarida hasil sintesis dari tanaman hijau melalui
proses fotosintesis. Pati memiliki bentuk kristal bergranula yang tidak larut
dalam air pada temperatur ruangan yang memiliki ukuran dan bentuk tergantung
pada jenis tanamannya. Pati digunakan sebagai pengental dan penstabil dalam
makanan (Fortuna et al.,2001). Komposisi pati pada umumnya terdiri dari
amilopektin sebagai bagian terbesar dan sisanya amilosa, dimana masing-masing
memiliki sifat-sifat alami yang berbeda yaitu 10-20% amilosa dan 80 -90%
amilopektin. Amilosa tersusun dari molekul-molekul glukosa dengan ikatan
(1,4)-glikosida membentuk rantai linier. Amilopektin terdiri dari rantai-rantai
amilosa (1,4)-glikosida yang saling terikat membentuk cabang dengan ikatan
(1,6)-glikosida. Pati kentang mengandung amilosa sekitar 23% dan amilopektin
77% (Sunarti, et al., 2002).
2.5. Ubi
Jalar
Karbohidrat dalam ubi jalar terdiri dari monosakarida,
oligosakarida, dan polisakarida. Ubi jalar mengandung sekitar 16-40 % bahan
kering dan sekitar 70-90% dari bahan kering ini adalah karbohidrat yang terdiri dari pati, gula, selulosa,
hemiselulosa, dan pektin. Kandungan gizi ubi jalar dalam 100
gram bahan kalori 123,00 kalori, protein 1,80 g, lemak 0,70 g, karbohidrat 27,90 g, air 68,50 g,
kalsium 30,00 g, dan vitamin B1 0,90 mg (Suprapti, 2003).
2.6. Tempe
Tempe adalah pangan asli Indonesia yang dibuat dari bahan
baku kedelai melalui proses fermentasi oleh Rhizopus sp. Pembuatan tempe
terdiri dari beberapa tahap yaitu sortasi, perebusan, perendaman, pengupasan
kulit, peragian dan fermentasi (Haliza dkk, 2007). merupakan produk fermentasi
yang kaya akan sumber protein nabati. Tempe dapat digunakan dalam pembuatan
bahan makanan campuran (BMC). Selama proses pembuatan tempe, terjadi perubahan
gizi dari kedelai menjadi tempe. Dalam 100 gram kedelai memiliki kandungan
protein 46,2 g, lemak 19,1 g, karbohidrat 28,2 g, kalsium 254, vitamin B1 0,48,
vitamin B12 0,2, serat 3,7 g.
2.7. Telur
Menurut Muchtadi dkk (2011), secara fisik telur tersusun
dari 3 bagian utama yaitu kulit, putih telur dan kuning telur. Kandungan Gizi
Telur Telur merupakan salah satu bahan pangan yang paling lengkap gizinya.
Selain itu, bahan pangan ini juga bersifat serba guna karena dapat dimanfaatkan
untuk berbagai keperluan. Komposisinya terdiri dari 11% kulit telur, 58% putih
telur, dan 31% kuning telur. Kandungan gizi terdiri dari protein 6,3 gram,
karbohidrat 0,6 gram, lemak 5 gram, vitamin dan mineral di dalam 50 gram telur
(Sudaryani, 2003).
Kandungan gizi dalam kuning telur adalah air 48,50%, protein
16,15%, lemak 34,65 g, karbohidrat 0,60 g, dan abu 1,10 g. Kandungan gizi pada
putih telur adalah air 88,57%, protein 10,30%, lemak 0,03 g, karbohidrat 0,65
g, dan abu 0,55 g (Winarno dan Koswara, 2002).
2.8. Alpukat
Buah alpukat mengandung beberapa zat gizi antara lain
kalori, protein, lemak, karbohidrat, kalsium, fosfor, besi, vitamin A, vitamin
B1, vitamin C, dan air. Dalam 100 gram buah alpukat mengandung kalori sebanyak
85,0 kalori, protein 0,9 gram, lemak 6,5 gram, karbohidrat 7,7 miligram.
Kandungan gizi tertinggi yang terdapat pada 100 gram buah alpukat adalah lemak
sebesar 6,5 gram. Namun jenis lemak yang terdapat pada buah alpukat termasuk
jenis lemak nabati yang dibutuhkan oleh tubuh (Almatsier, 2010).
2.9. Tahu
Menurut Suprapti (2005), tahu dibuat dari kacang kedelai dan
dilakukan proses penggumpalan (pengendapan). Tahu mengandung air 80%
- 85%, protein dalam tahu adalah sebesar 9%
dari berat tahu. Kandungan unsur gizi kedelai adalah energy 442 kalori, air 7,5
g, protein 34,9 g, lemak 18,1 g, karbohidrat 34,8 g, mineral 4,7 g, vitamin A
33 mcg, vitamin B 1,07 mg (Fak. Kedokteran UI, 1992) dalam Suprapti (2005).
2.10.
Pisang
Buah pisang adalah salah satu buah
yang mengandung gizi cukup tinggi dengan nilai kalori 120 kalori dan dilengkapi
dengan berbagai macam vitamin dan mineral, selain itu juga mempunyai kandungan
zat pati yang cukup tinggi 30mg/100gram. Nilai energi pisang sekitar 89 kkal
untuk setiap 100 gr, karbohidrat 22,84 gr (Supriyono, 2012).
2.11.
Bawang Merah
Kandungan gizi dalam
setiap 100 g umbi bawang merah meliputi 39 kalori, 1.5g protein (Setijo, 2003).
2.12.
Uji karbohidrat
Uji karbohidrat biasanya menggunakan
uji molisch, uji benedict, uji barfoed, uji fehling, uji fermentasi, uji
selliwanoff, uji osazon, dan uji iod. Uji molisch tidak spesifik terhadap
karbohidrat. Uji benedict digunakan untuk mendeteksi adanya gula
pereduksi dalam sampel. Uji barfoed dapat membedakan monosakarida dengan
disakarida. Uji fermentasi untuk hidrolisis gula oleh khamir. Uji selliwanoff
untuk membedakan gugus fungsi dari glukosa. Uji osazon untuk mengetahui bentuk
gugus glukosa. Uji iod dapat mendeteksi kandungan amilosa dalam pati (Suhardi,
2005).
BAB
III
METODE
PENELITIAN
3.1.
Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Kegiatan praktikum
Uji Karbohidrat menggunakan Metode iodin Mata Kuliah Biokimia Tanaman
dilaksanakan pada Senin, 30 Oktober 2017 Pukul 09:00 – 12:00 WIB di
Laboratorium Kampus F6 Universitas Gunadarma.
3.2.
Alat dan Bahan
3.2.1.
Alat
a. Sendok
b. Curter
c. Alat
tulis
d. Kamera
handphone
e. Betadin
f. Palet
3.2.2.
Bahan
a. Alpukat
b. Bawang
merah
c. Kacang
tanah
d. Kentang
e. Kuning
telur
f. Pisang
g. Putih
telur
h. Tahu
i. Tempe
j. Ubi
3.3. Prosedur Kerja
1. Siapkan
alat dan bahan untuk praktikum.
2. Kupas
kulit alpukat, bawang merah, kacang tanah, kentang, pisang, tahu, tempe, telur
dan ubi, kemudian potong ±5 cm bahan-bahan tersebut untuk dijadikan sampel.
3. Bahan-bahan
yang akan dijadikan sampel dipotong kecil-kecil dan dihaluskan.
4. Setelah
dihaluskan masukkan sampel pada palet yang
telah disediakan.
5. Masing-masing
sampel ditetesi dengan larutan iodin sebanyak 3 tetes dan diaduk hingga tercampur merata.
6. Diamkan
selama 2-3 menit, kemudian amati perubahan warna yang terjadi.
7. Catat
hasil dari pengamatan pada lembar praktikum.
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Hasil
dari praktikum pengujian karbohidat menggunakan metode iodin yaitu sebagai
berikut:
Tabel 1. Pengujian Karbohidrat dengan Iodin
No
|
Bahan
|
Perlakuan
|
|
Kontrol
|
Iodin
|
||
1.
|
Alpukat
|
Kuning
|
Kuning
|
2.
|
Bawang merah
|
Putih
|
Putih
|
3.
|
Kacang tanah
|
Putih
pucat
|
Putih
pucat
|
4.
|
Kentang
|
Putih
keruh
|
Biru
|
5.
|
Kuning telur
|
Kuning
|
Kuning
|
6.
|
Pisang
|
Putih
keruh
|
Biru
|
7.
|
Putih telur
|
Putih
|
Putih
|
8.
|
Tahu
|
Putih
pucat
|
Putih
pucat
|
9.
|
Tempe
|
Putih
pucat
|
Putih
pucat
|
10.
|
Ubi jalar
|
Putih
|
Biru
|
4.2. Pembahasan
Berdasarkan praktikum pegamatan
karbohidrat pada alpukat, bawang merah, kacang tanah, kentang, kuning telur,
pisang, putih telur, tahu, tempe, dan ubi jalar dengan penambahan iodium yang
telah dilakukan diperoleh hasil bahwa terjadi perubahan warna pada kentang,
pisang, dan ubi jalar dimana warna kentang sebelum ditambahkan dengan larutan
iodum adalah putih keruh, setelah ditambahkan dengan larutan iodium sebanyak 3
tetes dan dihomogenkan kentang mengalami perubahan warna menjadi biru. Perubahan
warna terjadi karena kentang mempunyai kandungan karbohidrat berupa polisakarida
yaitu pati yang ditandai dengan adanya amilosa dan amilopektin. Menurut Sunarti et al., (2002) menyatakan bahwa pati kentang mengandung amilosa sekitar
23% dan amilopektin 77%. Kandungan amilum pada kentang akan
berubah warna menjadi biru apabila ditambahkan dengan larutan iodium, hal ini
sesuai dengan pandapat Bintang
(2010), yang menyatakan bahwa polisakarida dengan penambahan iodium akan membentuk
kompleks adsorpsi berwarna yang spesifik. Amilum atau pati yang dengan iodium
menghasilkan warna biru.
Penetapan karbohidrat pada pisang
dan ubi jalar dengan perlakuan penambahan iodin
adalah dengan menambahkan larutan oidin sebanyak 3 tetes dan
dihomogenkan kemudian diamati perubahan warna yang terjadi. Sebelum ditambahkan
dengan iodin sampel pisang berwarna putih keruh dan sampel ubi jalar
berwarna putih. Setelah ditambahkan dengan larutan iodin sampel pisang dan ubi
jalar berubah warna menjadi biru. Perubahan
warna terjadi karena pisang dan ubi jalar mempunyai kandungan karbohidrat berupa
polisakarida yang ditandai dengan adanya amilosa dan amilopektin dalam pati,
kandungan amilosa dalam pisang sekitar 20,5% dan amilopektin sekitar 79,5%. Jika amilosa
direaksikan dengan iodium maka akan berwarna biru, sedangkan jika amelopektin
direaksikan dengan iodium akan memberikan warna ungu kehitaman. Amilum atau
pati dengan iodium mengahasilkan warna biru. Hal ini sesuai dengan Haris (2009)
yang menyatakan bahwa polisakarida jenis amilum akan memberikan warna biru.
Penetapan karbohidrat pada alpukat,
kuning dan putih telur dengan menambahkan larutan oidin sebanyak 3 tetes kemudian
dihomogenkan dan diamati perubahan warna yang terjadi. Sampel kuning dan putih
telur tidak mengalami perubahan warna, karena telur lebih banyak mengandung
protein dan lemak dibandingkan dengan karbohidratnya. Menurut Sudaryani (2003) kandungan protein,
karbohidrat dan lemak dalam telur yaitu
6,3 gram protein, 0,6 gram karbohidrat
dan 5 gram lemak. Menurut Almatsier (2010) menyatakan bahwa dalam 100 gram buah
alpukat mengandung kalori sebanyak 85,0 kalori, protein 0,9 gram, lemak 6,5
gram, karbohidrat 7,7 miligram.
Penetapan
karbohidrat pada tahu, tempe dan kacang tanah setelah diberikan larutan iodin
tidak mengalami perubahan warna karena tahu dan tempe terbuat dari kedelai
dimana kedelai memiliki kandungan karbohidrat lebih rendah dibandingkan dengan protein.
Menurut Suprapti (2005) yang menyatakan bahwa kedelai mengandung protein 34,9
g, lemak 18,1 g, karbohidrat 34,8 g. Kacang tanah lebih banyak mengandung
protein dan lemak, sedangkan untuk kandungan karbohidratnya lebih sedikit. Hal
ini sesuai dengan pendapat Haryoto (2009) yang menyatakan
bahwa produk utama dalam biji kacang tanah
mengandung protein dan minyak yang cukup tinggi.
Gambar
1. Sampel sebelum ditambahkan dengan larutan iodin
Gambar
2. Sampel sesudah ditambahkan dengan larutan iodin.
BAB
V
KSIMPULAN
DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas
dapat disimpulkan bahwa pada kentang, pisang dan ubi jalar setelah ditambahkan
dengan iodin mengalami perubahan warna menjadi biru karena mempunyai kandungan
karbohidrat berupa polisakarida yaitu pati yang ditandai dengan adanya amilosa
dan amilopektin. Amilum pada bahan-bahan tersebut jika ditambahkan dengan iodine dapat membentuk
kompleks biru.
5.2. Saran
Dalam
melakukan uji karbohidrat dengan menggunakan metode iodin sebaiknya dilakukan dengan
teliti, dan dapat melihat perubahan warna yang terjadi pada sampel yang diuji
dengan teliti dan tidak salah dalam menentukan warnanya. Sehingga didapatkan
data yang sesuai dengan yang diharapkan agar mempermudah dalam penulisan
laporan.
DAFTAR
PUSTAKA
Almatsier, S. 2010. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta :
Gramedia Pustaka Utama.
Budianto, AK. 2009. Dasar-Dasar Ilmu Gizi. Malang: UMM Press.
Bintang,
M. 2010. Biokimia-Teknik Penelitian. Jakarta: Erlangga.
Fortuna T., Juszczak L., dan Palasinski
M., 2001. Properties of Corn and Wheat Starch Phosphates Obtained from Granules
Segregated According to Their Size. EJPAU (Electronic Journal of Polish
Agricultural Universities).Vol 4.
Haliza, dkk. 2007. Pemanfaatan Kacang –kacangan Lokal Sebagai
Substitusi Bahan Baku Tempe Dan Tahu. Buletin Teknologi Pascapanen
Pertanian Vol.3.
Haris, R. A. 2009. Efektivitas
penggunaan iodin 10%, iodin 70% dan iodin 80% dan NaCL dalam percepatan
penyembuhan luka pada punggung tikus jantan Sprague Dawley. Skripsi. Fakultas
Ilmu Kesehatan, Surakart. Universitas Muhammadiah Surakarta.
Haryoto. 2009. Membuat
Aneka Olahan Kacang Tanah. Yogyakarta: Kanisius.
Irawan, M. A. 2007. Karbohidrat Polton Sports Sience & Perfomance Lab. Diambil
kembali dari http://www.pssplab.com/journal/03.pdf . Diakses 03 november 2017.
Iswari, Retno S dan Ari Yuniastuti. 2006. Biokimia. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Muchtadi, D. 2011. Karbohidrat
Pangan dan Kesehatan. Bandung. Alfabeta.
Pitojo,
Setijo. 2003. Penangkaran Benih Bawang Merah. Yogyakarta: Kanisius.
Poedjiadi, A. dan Supriyanti, T.
2006. Dasar-Dasar Biokimia Edisi Revisi.
Jakarta : UI-Press.
Ramsden. 2003. Pengantar Biokimia. Malang: Bayumedia Publishing.
Riawan. 2004. Kimia Organik Binarupa. Jakarta: Aksara.
Sudaryani. 2003. Kualitas Telur. Jakarta:
Penebar Swadaya.
Suhardi. 2005. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Yogyakarta: Universitas Ilmu
Pangan dan Gizi.
Sumardjo. 2008. Pengantar Kimia Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran. Jakarta:
EGC.
Sunarti, T.C., et al, 2002. Study
on Outer Chains from Amylopectin between
Immobilized and Free Debranching Enzymes.
J. Appl. Glycosci.
Suprapti, L. M. (2003). Tepung Ubi
Jalar Pembuatan dan pemanfaatanya.Yogyakarta. Kanisius.
Suprapti,
M. Lies. 2005. Pembuatan Tahu. Yogyakarta:
Kanisius.
Supriyono.
2003. Mengukur Faktor-Faktor dalam Proses
Pengeringan. Jakarta: Depdiknas.
Umar,
S. 2008. Analisis Karbohidrat. JakartaRaja:
Grafindo
Persada.
Yazid, E. dan Nursanti, L. 2006. Penuntun Praktikum Biokimia. Penerbit
Andi. Yogyakarta.
Winarno, F.G. dan S. Koswara. 2002.
Telur : Komposisi, Penanganan dan Pengolahannya. Bogor: M-Brio Press.
Komentar
Posting Komentar